Ads 468x60px

Kamis, 11 Juli 2013

Pancakaki



Pancakaki

Pancakaki

Pancakaki téh nyaéta perenahna jelema ka jelema deui anu sakulawarga atawa anu kaasup baraya kénéh.
  1. Rundayan atawa Turunan
  2. - anak => turunan kahiji. 
    - incu => turunan kadua, anakna anak. 
    - buyut => anak incu. 
    - bao => anakna buyut. 
    - janggawaréng atawa canggahwaréng => anakna bao. 
    - udeg-udeg => anak janggawaréng
    - kait siwur atawa gantungsiur=> anak udeg-udeg.
  3. Ka luhur
  4. - bapa => lalaki nu boga anak, salaki indung. 
    - indung => awéwé nu boga anak, pamajikan bapa. 
    - aki => bapana indung atawa bapa. 
    - nini => indungna indung atawa bapa. 
    - buyut => indung/bapana aki atawa nini. 
    - bao => indung/bapana buyut. 
    - janggawaréng => indung/bapana bao. 
    - udeg-udeg => indung/bapana janggawaréng
    - kaitsiwur atawa gantungsiur => indung/bapana udeg-udeg.
  5. Ka gigir
  6. - adi => dulur sahandapeun 
    - lanceuk => dulur saluhureun. 
    - emang/paman => adina bapa atawa indung (lalaki), 
    - bibi => awéwé adina bapa atawa indung. 
    - ua => lanceuk bapa atawa indung. 
    - alo => anak lanceuk. 
    - toa => anak adi. 
    - kapiadi => anakna emang/bibi. 
    - kapilanceuk => anakna ua. 
    - incu ti gigir => incuna adi 
    - aki ti gigir => lalaki, adina atawa lanceukna aki/nini. 
    - nini ti gigir => awéwé, adina atawa lanceukna aki/nini. 
    - ua ti gigir => anakna lanceuk aki/nini. 
    - emang ti gigir => anakna adi aki/nini (lalaki) 
    - bibi ti gigir => awéwé, anakna adi aki/nini.
  7. Istilah Séjénna
  8. - adi beuteung => adina pamajikan/salaki. 
    - dulur sabrayna => dulur misan, anak paman, bibi, atawa ua.
     - dulur teges => dulur enya, saindung, sabapa. 
    - indung téré => pamajikan bapa, lain anu ngalahirkeun urang. 
    - bapa téré => salaki indung, lain anu ngalantarankeun urang lahir. 
    - anak téré => anak sampakan ti salaki atawa pamajikan. 
    - dulur patétéréan => anak indung atawa anak bapa téré. 
    - cikal => anak panggedéna. 
    - pangais bungsu => lanceukna bungsu. 
    - bungsu => anak pangleutikna. 
    - baraya laér => baraya nu nurutkeun pancakaki geus jauh perenahna. 
    - teu hir teu walahir => teu baraya saeutik-eutik acan. 
    - bau-bau sinduk => baraya kénéh, sanajan geus laér. 
    - dulur pet ku hinis => dulur teges. 
    - baraya => sakur nu aya pancakakina. 
    - karuhun => luluhur, jalma-jalma anu kungsi aya lila heulaeun urang, nu ngarundaykeun urang.

Jenis Darah Dan Kepribadian



Jenis Darah Dan Kepribadian

Jenis Darah Dan Kepribadian

  • Darah Golongan - A
  • Berkepala dingin, serius, sabar dan kalem atau cool, bahasa karakter yang tegas, bisa di andalkan dan dipercaya namun keras kepala. Merencanakan segala sesuatunya secara matang. Mereka mengerjakan segalanya dengan sungguh-sungguh dan secara konsisten. Membuat diri mereka se wajar dan ideal mungkin. Nampak menyendiri dan jauh dari orang-orang. Kerap mencoba menekan perasaan mereka dan karena sering melakukannya mereka terlihat tegar. Meskipun sebenarnya mereka mempunya sisi yang lembek seperti gugup dan lain sebagainya. Cenderung keras terhadap orang-orang yang tidak sependapat. Makanya mereka cenderung berada di sekitar orang-orang yang ber'temperamen' sama.
  • Darah Golongan - B
  • Penasaran dan tertarik terhadap segalanya. Mempunyai terlalu banyak kegemaran dan hobby. Kalau sedang suka dengan sesuatu biasanya mereka menggebu-gebu namun cepat juga bosan. Bisa memilih mana yang lebih penting dari sekian banyak hal yang di ingini menjadi nomor satu dalam berbagai hal ketimbang hanya dianggap rata-rata. Dan biasanya mereka cenderung melalaikan sesuatu jika terfokus dengan kesibukan yang lain. Dengan kata lain tidak bisa mengerjakan sesuatu secara serentak. Cemerlang, riang, bersemangat dan antusias kendati sebenarnya sama sekali berbeda dengan yang ada didalam diri mereka. Yang tidak ingin bergaul dengan banyak orang.
  • Darah Golongan - O
  • Berperan dalam menciptakan gairah untuk suatu grup. Dan berperan dalam menciptakan suatu keharmonisan diantara para anggota grup tersebut. Menerima dan melaksakan sesuatu dengan tenang. Pandai menutupi sesuatu sehingga kelihatan selalu riang, damai dan tidak punya masalah sama sekali. Tapi kalau tidak tahan akan mencari tempat atau orang untuk curhat (tempat mengadu). Pemurah (baik hati), senang berbuat kebajikan. Dermawan dan tidak segan-segan mengeluarkan uang untuk orang lain. Dicintai oleh semua orang, "loved by all". Keras kepala juga, dan secara rahasia mempunyai pendapatnya sendiri tentang berbagai hal. Sangat fleksibel dan sangat mudah menerima hal-hal yang baru. Mudah dipengaruhi oleh orang lain dan oleh apa yang mereka lihat dari TV. Berkepala dingin dan terpercaya tapi mereka sering tergelincir dan membuat kesalahan yang besar karena kurang berhati-hati menyebabkan orang yang bergolongan darah O ini di cintai.
  • Darah Golongan - AB
  • Perasaan yang sensitif, lembut. Penuh perhatian dengan perasaan orang lain dan selalu menghadapi orang lain dengan kepedulian serta kehati-hatian. Disamping keras dengan diri mereka sendiri juga dengan orang-orang yang dekat dengannya. Cenderung kelihatan mempunyai dua kepribadian. Sering menjadi orang yang sentimen dan memikirkan sesuatu terlalu dalam. Mempunyai banyak teman, tapi mereka membutuhkan waktu untuk menyendiri untuk memikirkan persoalan-persoalan mereka.

Kamis, 21 Maret 2013

Tb. Uben Ubaedillah



Tb. Uben Ubaedillah
Jaro Uben


H. tb. Yasin
H. tb. Juju Izzuddin + Hj. Eneng
tb. Uben Ubaedillah + Emah bt. Ebi Suhaebi

Senin, 07 Januari 2013

Sultan Haji




Sultan Haji merupakan salah seorang putera dari Sultan Abulfath Abdulfattah atau Sultan Ageng Tirtayasa  pewaris Kesultanan Banten. Namanya Sultan Abunnashri Abdulkahar atau Abdulqohhar namun lebih dikenal dengan sebutan Sultan Haji. Ia mendapatkan tahtanya bekerja sama dengan Belanda setelah menggulingkan ayahnya. Hal ini menimbulkan banyak spekulasi, mengingat jika ia pewaris syah dari Kesultanan Banten seharusnya tanpa melakukan kudeta terhadap ayahnya pun, ia dapat menerima tahta tersebut.

Masalah ini dimungkinkan ketidak sabaran Sultan Haji untuk segera menduduki jabatannya, karena ada putra Sultan Ageng lainnya yang bernama Pangeran Purbaya dianggap mampu menggantikan Sultan Ageng, atau Sultan merasa kurang sreg terhadap perilaku Sultan Haji. Namun dimungkinkan pula ada hasutan Belanda, mengingat hubungan Belanda dengan Sultan Ageng dan para pendahulunya kurang baik. Sedangkan jika mendukung Sultan Haji maka Belanda akan lebih mudah menguasai perdagangan di Banten.

Spekulasi terakhir ini yang mungkin paling mendekati, mengingat ada simbiosa mutualisma antara Belanda yang bertujuan melancarkan kepentingan dagangnya dan Sultan Haji yang mengincar jabatan kesultanan. Ketika terjadi peperangan antara Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji yang dibantu Belanda istana habis terbakar, tidak sedikit pula perkampungan menjadi musnah.

Sejak Sultan Haji bertahta banyak peristiwa-peristiwa yang sangat merugikan Kesultanan Banten, baik masalah perekonomian negara maupun perpolitikannya. Banyak sudah pemberontakan yang dilakukan rakyat termasuk para pendukung setia Sultan Ageng. Tabiat Sultan Haji dalam menghadapi Belanda pun sangat bertolak belakang dengan para pendahulunya. Sultan Haji sangat mengandalkan bantuan militer dan bantuan ekonomi Belanda, berakibat Banten tidak lagi memiliki kedaulatan penuh, bahkan Belanda sangat mempengaruhi struktur pemerintahan Banten.

Kata Untoro (2007) menyebutkan, sejak ditandatanganinya perjanjian pada tanggal 17 april 1684 praktis kukuasaan Kesultanan Banten dapat dianggap runtuh. Lebih lanjut menyebutkan : Perjanjian antara Kesultanan Banten dengan Belanda ditandatangani di Keraton Surasowan, dibuat dalam bahasa Belanda dan Jawa dan Melayu. Penanndatanganan dari pihak Kompeni dilakukan oleh komandan dan presiden komisi Franscois Tack, Kapten Herman Dirkse Wendepoel, Evenhart van der Schuere serta Kapten bangsa Melayu, Wan Abdul Kahar, sedangkan dari pihak Banten dilakukan oleh Sultan Abdul Kahar, pangeran Dipaningrat, Kiyai Suko Tadjudin, pangeran Natanegara, dan pangeran Natawijaya (Tjandrasasmita : 1967 : 54). Sejak perjanjian tersebut Kompeni secara langsung aktif menentukan monopoli perdagangan Banten.

Beberapa diantara peninggalannya yang monumental, ia membangun daerah-daerah yang rusak akibat perang, selain itu ia membangun kembali istana Surosowan. Untuk membangun istana Surasowan iapun meminta bantuan Cardeel, seorang arsitek Belanda. Iapun mengganti cara berpakaian dari berpakaian ala Banten menjadi cara berpakaian Arab, sekalipun pernah ditentang oleh Sultan Ageng ketika ia masih berkuasa.

Sultan Haji meninggal dan dimakamkan di Sedakingkin, sebelah utara mesjid Agung, sejajar dengan makam Sultan Ageng Tirtayasa. Sultan Haji dikarunia beberapa orang anak, antara lain Pengeran Ratu yang kemudian menggantikan tahtanya sebagai Sultan Banten yang dikenal dengan sebutan Sultan Abulfadhl Muhammad Yahya (1687-1690), Raja / Sultan kedelapan di Kesultanan Surasowan Banten.. Namun hanya sebentar dan tidak mempunyai keturunan.

Para putera Sultan Haji:
  1. Sultan Abulfadhli/Abulfadhal Muhammad Yahya
  2. Sultan Abul Mahasin Zainal 'Abidin
  3. Pangeran Muhammad Thahir
  4. Pangeran Fadhludin
  5. Pangeran Ja'farrudin
  6. Ratu Muhammad Alim
  7. Ratu Rohimah
  8. Ratu Hamimah
  9. Pangeran Ksatrian
  10. Ratu Mumbay (Ratu Bombay)

Minggu, 06 Januari 2013

Sultan Ageng Tirtayasa




Sultan Ageng Tirtayasa

Satu tahun setelah pengangkatan Pangeran Surya menjadi Sultan Anom yakni tahun 1651, sang kakek, penguasa Kesultanan Surasowan Banten meninggal dunia. Tahta Kesultanan Surasowan Banten, dilanjutkan oleh cucunya, Pangeran Surya alias Pangeran Ratu. Pangeran Surya alias Pangeran Ratu adalah putera Sultan Abulma'ali Ahmad Kanari yang menjadi Sultan Anom sepuluh tahun lamanya (1640-1650).

Pangeran Surya, melanjutkan hubungan internasional dengan dunia luar, terutama dengan kekhalifahan di dunia Islam yang berpusat kala itu di Mekah. Pangeran Surya mengutus beberapa pembesar kerajaan, untuk urusan itu sambil memberitakan pergantian pimpinan di Kesultanan Surasowan Banten dan dunia perdagangan di Nusantara. Sepulang dari Tanah Suci Mekah, delegasi Kesultanan Surasowan Banten, membawa gelar dari Syekh Mekah untuk Pangeran Surya atau Pangeran Ratu, dengan sebutan Sultan Abulfath Abdulfattah.

Selaku penguasa Kesultanan Surasowan Banten, Sultan Abulfath Abdulfattah dikenal tegas dan cakap dalam menjalankan roda pemerintahan. Dia pun berusaha untuk mengembalikan kejayaan Banten seperti pada waktu pemerintahan dua pendahulunya, yakni Maulana Hasanuddin dan Maulana Yusuf. Guna mewujudkan harapan tersebut, sultan langsung mengeluarkan sejumlah kebijakan. Antara lain, memajukan perdagangan Banten dengan meluaskan daerah kekuasaan dan mengusir Belanda dari Batavia.

Berkat kebijakannya itu, dalam waktu tidak terlalu lama, Banten telah menjadi kota pelabuhan dagang yang penting di Selat Malaka. Kondisi ini tidak disukai VOC. Mereka lantas memblokade Banten.

Dari sebelum memerintah, sebenarnya Sultan Abulfath telah mengamati bahwa kedudukan Belanda di Batavia pada satu saat nanti akan membahayakan Banten. Dengan monopoli perdagangan VOC di Batavia, tentu sangat merugikan kehidupan perekonomian Banten pada umumnya. Para pedagang asal Cina dan Maluku yang biasanya berlabuh di Banten, dipaksa untuk singgah di Batavia.

Tiga tahun sudah blokade berjalan dan dampaknya kian terasa. Maka dengan terpaksa Banten mengadakan perjanjian dengan VOC yang menyatakan bahwa hak-hak Belanda diakui dan perdagangan Banten dibatasi oleh Belanda. Akan tetapi, beberapa bulan itu, Sultan Abulfath meniadakan perjanjian tadi dan menjadikan Banten sebagai pelabuhan terbuka.

Pada saat bersamaan, Sultan Abulfath juga berkeinginan mewujudkan Banten menjadi kerajaan Islam terbesar. Ada dua hal yang ia lakukan. Pertama, di bidang ekonomi, kesejahteraan rakyat ditingkatkan melalui pencetakan sawah-sawah baru serta irigasi yang sekaligus berfungsi sebagai sarana perhubungan. Di bidang keagamaan, ia mengangkat Syekh Yusuf, seorang ulama asal Makassar, menjadi mufti kerajaan yang bertugas menyelesaikan urusan keagamaan dan penasehat sultan dalam bidang pemerintahan.

Selain itu, sultan memang terkenal sangat menaruh perhatian bagi pengembangan agama Islam. Oleh karenanya dia menggalakkan pendidikan agama, baik di lingkungan kesultanan maupun di masyarakat melalui pondok pesantren. Agama Islam pun berkembang pesat, terlebih ditunjang dengan banyaknya sarana dan prasarana peribadatan seperti mushala dan masjid.

Di masa pemerintahannya, Sultan Abulfath punya dua orang putra, yakni Pangeran Gusti (yang kemudian bergelar Sultan Haji) dan Pangeran Purbaya. Putra mahkota Atau Sultan Muda adalah putranya yang tertua yaitu Pangeran Gusti. Namun sebelum diserahi tanggung jawab selaku sultan muda, Pengeran Gusti dikirim ayahnya ke Tanah Suci Makkah, guna menunaikan ibadah haji. Ini dimaksudkan agar Pengeran Gusti dapat melihat dari dekat perkembangan Islam di berbagai negara demi meluaskan wawasan bagi pengembangan agama di Banten. Selama Pengeran Gusti berada di Makkah, tugas-tugas pemerintahan untuk urusan dalam negeri, sementara dipercayakan kepada Pangeran Purbaya oleh Sultan Abulfath, karena Sultan Abulfath hanya mengurusi urusan luar negeri saja.

Beberapa tahun kemudian, Pangeran Gusti kembali ke Banten yang kini lebih dikenal dengan sebutan Sultan Haji. Namun dia melihat peranan yang makin besar dari adiknya dalam menjalankan pemerintahan. Hal ini memicu pertikaian antara Sultan Haji dan Pangeran Purbaya, demikian pula antara Sultan Haji dan Sultan Abulfath, ayahnya sendiri.

Sejak Sultan Abulfath bertentangan dengan anaknya, beliau sering pergi ke dusun Tirtayasa (terletak di Kabupaten Serang) dan mendirikan keraton baru. Karena itulah, orang lantas lebih mengenalnya dengan sebutan Sultan Ageng Tirtayasa. Sebutan ini menjadi masyhur bahkan di kalangan bangsa asing.

Adanya konflik di internal kesultanan, rupanya tidak luput dari perhatian Belanda. Mereka memanfaatkan kondisi ini dan mendekati Sultan Haji agar menentang kebijakan ayahnya. Belanda juga 'memanas-manasi' Sultan Haji sehingga mencurigai Sultan Ageng Tirtayasa serta menyangka ayahnya kelak akan mengangkat Pengeran Purbaya sebagai sultan.

Kekhawatiran ini membuat Sultan Haji bersedia mengadakan perjanjian dengan Belanda yang intinya adalah persekongkolan merebut kekuasaan dari tangan Sultan Ageng Tirtayasa. Tahun 1681, Sultan Haji mengkudeta ayahnya dari tahta kesultanan.

Sementara itu, Sultan Ageng Tirtayasa setelah penggulingan kekuasaan tersebut, tidak lantas berdiam diri. Beliau langsung menyusun kekuatan bersenjata guna mengepung Sultan Haji di Sorosowan (Banten). Karena terus terdesak, akhirnya Sultan Haji meminta bantuan Belanda. Kaum imperialis ini segera mengirimkan ribuan tentara ke Banten untuk melepaskan Sultan Haji.

Dipimpin Kapiten Tack dan de Saint Martin, Belanda juga menyerang benteng Tirtayasa dan dapat di taklukkannya meski menderita kerugian besar. Akan tetapi sebelum Belanda memasuki benteng tersebut, Sultan Ageng Tirtayasa sempat terlebih dulu membakar seluruh isi benteng dan lantas melarikan diri bersama Pangeran Purbaya dan pengikutnya. Walau pertahanan terakhir Sultan Ageng sudah jatuh, namun Belanda tidak otomatis dapat memadamkan perlawanan rakyat Banten.

Sultan Ageng masih mengadakan perjuangan secara gerilya. Akan tetapi, lama kelamaan Belanda dapat mendesak mereka ke wilayah selatan. Hingga kemudian di tahun 1683, Sultan Ageng Tirtayasa tertangkap melalui tipu muslihat Belanda dan Sultan Haji. Beliau akhirnya dipenjarakan di Batavia sampai meninggalnya pada tahun 1692. 

Atas permintaan pembesar dan rakyat Banten, jenazah Sultan Ageng Tirtayasa dapat dibawa kembali ke Banten. Pemimpin kharismatik ini, dimakamkan di sebelah utara Masjid Agung Banten bersama nenek moyangnya dan bukan di Tirtayasa. Atas jasa-jasanya itu, pemerintah menganugerahi gelar Pahlawan Nasional kepada Sultan Ageng Tirtayasa tahun 1975. Sultan Ageng Tirtayasa Abulfath Abdulfattah memerintah Kesultanan Surasowan Banten dari tahun 1650 hingga tahun 1672.

Sultan Ageng Tirtayasa memiliki banyak putera dari beberapa istri, diantaranya:
  1. Sultan Haji
  2. Pangeran Arya 'Abdul 'Alim
  3. Pangeran Arya Ingayudadipura
  4. Pangeran Arya Purbaya
  5. Pangeran Sugiri
  6. Tubagus Rajasuta
  7. Tubagus Rajaputra
  8. Tubagus Husen
  9. Raden Mandaraka
  10. Raden Saleh
  11. Raden Rum
  12. Raden Mesir
  13. Raden Muhammad
  14. Raden Muhsin
  15. Tubagus Wetan
  16. Tubagus Muhammad 'Athif
  17. Tubagus Abdul
  18. Ratu Raja Mirah
  19. Ratu Ayu
  20. Ratu Kidul
  21. Ratu Marta
  22. Ratu Adi
  23. Ratu Ummu
  24. Ratu Hadijah
  25. Ratu Habibah
  26. Ratu Fatimah
  27. Ratu Asyiqoh
  28. Ratu Nasibah
  29. Tubagus Kulon