Ads 468x60px

Minggu, 06 Januari 2013

Maulana Muhammad




Dari Permaisuri Ratu Hadijah, Maulana Yusuf mempunyai dua orang putera, yaitu:
  1. Ratu Winahon
  2. Pangeran Muhammad
Pada tahun 1580, Maulana Yusuf meninggal dunia. Ketika itu putera mahkota Pangeran Muhammad, baru berusia 9 tahun, dan di nobatkan menjadi Sultan Surasowan Banten yang ketiga. Ia lebih dikenal dengan sebutan Pangeran Ratu Banten. Untuk menjalankan pemerintahan sehari-hari, Mangkubumi Jayanagara, bertindak sebagai walinya. Setelah menginjak dewasa, Pangeran Muhammad diserahi tugas kenegaraan, bergelar Maulana Muhammad Sang Pangeran Ratu Ing Banten.

Seperti halnya ayah dan kakeknya, yaitu Maulana Hasanuddin, Maulana Muhammad terkenal sebagai Sultan Banten yang saleh. Ia banyak menyusun kitab-kita hukum Islam dan mendirikan masjid, hingga ke pelosok-pelosok desa. Masjid Agung yang terletak di tepi alun-alun, diperindah, temboknya dilapisi porslen, dan tiangnya dibuat dari kayu cendana. Ia juga melakukan perluasan wilayah Kesultanan Banten, namun meninggal dunia di Palembang sewaktu mencoba menundukkan kawasan tersebut pada tahun 1596 pada usia 25 tahun. Ia memerintah sebagai penguasa di Banten pada rentang waktu 1585 - 1596 Masehi.

Beliau mempunyai putra satu yang bernama Pangeran Abdulmafakhir, yang baru berusia 9 tahun dari permaisuri bernama Ratu Wanagiri puteri Mangkubumi Jayanagara. Yang selanjutnya Abdulmafakhir diangkat sebagai pengganti ayahnya, melanjutkan tahta Kesultanan Surasowan Banten. Sultan yang masih bayi itu, didampingi oleh kakeknya, sebagai Wakil Kesultanan. Akan tetapi, pada tahun 1602, Mangkubumi Jaya negara meninggal dunia.

Selanjutnya jabatan Wakil Kerajaan diserahkan pada adiknya Mangkubumi Jayanegara. Kedudukan Mangkubumi ini, tidak berlangsung lama. Sebab sikap dan tindakannya tidak sesuai dengan jabatannya. Akhirnya pada tanggal 17 Nopember 1602, ia diturunkan dari jabatannya. Perwalian terpaksa dipegang langsung oleh ibunda Sultan, Ratu Wanagiri. Akan tetapi Ratu Wanagiri yang bersetatus janda, menikah lagi dengan seorang bangsawan keraton. Suaminya diangkat menjadi Mangkubumi.

Pangeran Muhammad bergelar Pangeran Ratu Ing Banten beristri Nyi Mas Ratu Ayu Wanagiri atau Nyi Mas Ratu Dewi Rahma nama lainnya, binti Pangeran Mangkubumi Jayanagara, berputera: Pangeran Abdulmafakhir Mahmud Abdulkadir.


Dari istri yang lain Maulana muhammad mempunyai putera, diantaranya:

  1. Pangeran Arya Upapati
  2. Pangeran Arya Adikara
  3. Pangeran Arya Mandalika
  4. Pangeran Arya Ranamanggala
  5. Pangeran Arya Seminingrat
  6. Ratu Demang
  7. Ratu Pecatanda
  8. Ratu Rangga
  9. Ratu Ayu Wiyos
  10. Ratu Manis
  11. Pangeran Manduraraja
  12. Pangeran widara
  13. Ratu Belimbing

Jumat, 04 Januari 2013

Maulana Yusuf




Maulana Yusuf, Sultan Banten II (1570-1580 M)
Gawe Kuta bulawarti bata kalawan kawis
Panembahan Sabakinkin atau Maulana Hasanudin, dari pernikahanannya dengan Ratu Ayu Kirana mempunyai putera yang di beri nama Pangeran Yusuf dan selanjutnya setelah memegang tampuk pemerintahan kerajaan, beliau menyandang gelar Maulana Yusuf, yang artinya seseorang yang ahli dalam agama Islam dalam mengayomi umat sekaligus memegang kekuasaan, mengurus tata kenegaraan sebagai pelayan rakyat. Selanjutnya, gelar maulana di kemudian hari di gantikan dengan Sultan yang amat beda fungsi dan tugasnya. Seperti juga ayahnya, Maulana Yusuf ingin memajukan Banten. Tapi pada masa Maulana Yusuf disamping pendidikan agama, juga lebih ditekankan pada bidang pembangunan kota, keamananan dan pertanian.

Pada masanya pulalah Ibukota Pajajaran (Pakuan) dapat ditaklukan oleh Banten. Para ponggawa kerajaan Pajajaran lalu dengan sukarela memilih Islam dan masing-masing memegang jabatannya seperti semula. Pada masa pemerintahan Maulana Yusuf, perdagangan di Banten semakin maju. bahkan bisa dikatakan bahwa pada saat itu Banten bagaikan kota penimbunan barang-barang (gudang) dari penjuru dunia yang nantinya disebarkan ke  berbagai tempai di masing-masing kerajaan-kerajaan yang ada di Nusantara. Sehingga Banten menjadi begitu ramai dikunjungi, baik dari luar maupun oleh para penduduk nusantara. Sehingga pada  masa pemerintahan Maulana Yusuf pulalah dibuatnya peraturan penempatan penduduk berdasarkan keahliannya dan asal daerahnya.

Perkampungan untuk orang asing biasanya ditempatkan diluar tembok kota. seperti Kampung Pakojan terletak  disebelah barat pasar Karangantu, untuk para pedagang dari Timur Tengah, Pecinan  terletak disebalh barat Masjid Agung, untuk para pedagang dari Cina. Kampung Panjunan (Untuk para Tukang Belanga, gerabah, periuk dsb), Kampung Kepandean (Untuk tukang Pandai besi), Kampung Pangukiran (Untuk Tukang Ukir), Kampung  Pagongan (Untuk tukang gong), Kampung Sukadiri (Untuk para pembuat senjata). Demikian pula untuk golongan sosial tertentu, seperti Kademangan (untuk para  demang), Kefakihan (Untuk para ahli Fiqih), Kesatrian (Untuk para Satria, perwira, Senopatai dan prajurit istana).

Pengelempokan pemukiman ini selain dimaksudkan untuk kerapihan dan keserasian kota, tapi lebih penting untuk keamanan kota. Tembok kota pun diperkuat dengan membuat parit-parit disekelilingnya. Dalam babad Banten disebutkan Gawe Kuta bulawarti bata kalawan kawis Perbaikan Masjid Agung Pun dikerjakannya, dan sebagai kelengkapan dibangun sebuah menara dengan bantuan Cek Ban Cut arsitek muslim asal Mongolia.

Disamping mengembangkan pertanian yang sudah ada, Sultanpun mendorong rakyatnya untuk membuka daerah-daerah baru bagi persawahan. Oleh karenanya sawah di Banten bertambah meluas sampai melewati daerah Serang sekarang. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan air bagi sawah-sawah tersebut, dibuatnya terusan-terusan dan bendungan-bendungan. Bagi persawahan yang  terletak disekitar kota, dibuatnya juga satu danau buatan yang disebut Tasikardi. Air dari Sungai Cibanten dialirkan melalui terusan khusus ke danau ini. Lalu dari sana dibagi ke daerah-daerah persawahan di sektarnya. Tasikardi juga digunakan bagi penampungan air bersih bagi kebutuhan kota. Dengan melalui pipa-pipa yang terbuat dari terakota (gorong-gorong, gerabah dari tanah liat), setelah dibersihkan/diendapkan air tersebut dialirkan ke keraton dan tempat-tempat lain di dalam kota. Di tengah-tengah danau buatan tersebut terdapat pulau kecil yang digunakan untuk tempat rekreasi keluarga keraton.

Dari permaisuri Ratu Hadijah, Maulana Yusuf mempunyai dua orang anak yaitu Ratu Winaon dan Pangeran Muhammad. Sedangkan dari istri-istri lainnya, baginda dikaruniai anak antara lain: Pangeran Upapati, Pangeran Dikara, Pangeran Mandalika atau Pangeran Padalina, Pangeran Aria Ranamanggala, Pangeran Mandura, Pangeran Seminingrat, Pangeran Dikara, Ratu Demang atau Ratu Demak, Ratu Pacatanda atau Ratu Mancatanda, Ratu Rangga, Ratu Manis, Ratu Wiyos dan Ratu Balimbing.

Pada tahun 1580, Maulana yusuf mangkat dan kemudian dimakamkan di Pekalangan Gede dekat Kampung Kasunyatan. Setelah meninggalnya, Maulana Yusuf diberi gelar Pangeran Panembahan Pekalangan Gede. Dan sebagai penggantinya diangkatlah puteranya yang bernama Pangeran  Muhammad.

Maulana Yusuf mendapat gelar Panembahan Yusuf, menjadi penguasa Surasowan Wahanten selama 10 tahun, dari tahun 1492 Saka (1570 Masehi), hingga tahun 1502 Saka ((1580 Masehi), beristri Permaisuri Nyi Mas Ratu Ayu Siti Hadijah binti Syekh Tubagus Abdurrozak bin Syekh Tubagus Muhammad Soleh bin Syekh Tubagus Abdurrahman (Gunung Santri) berputera:

  1. Ratu Winahon
  2. Pangeran Muhammad

Dari istri yang lainnya, beliau mempunyai putra-putri diantaranya:
  1. Pangeran Arya Upapati
  2. Pangeran Arya Adikara
  3. Pangeran Arya Mandalika
  4. Pangeran Arya Ranamanggala
  5. Pangeran Arya Seminingrat
  6. Ratu Demang
  7. Ratu Pecatanda
  8. Ratu Rangga
  9. Ratu Ayu Wiyos
  10. Ratu Manis
  11. Pangeran Manduraraja
  12. Pangeran widara
  13. Ratu Belimbing
 
Pasang Widget Blogger Cikadueun Di Blog
Widget Blogger Cikadueun