Ads 468x60px

Rabu, 22 Februari 2012

Gentong Cikadueun




Gentong Cikadueun
Tempat Gentong  di Cikadueun
Gentong Pusaka, Gentong Wasiat

Adalah tempat penampungan air untuk orang minum selagi kehausan di tempat ziarah. Asalnya gentong ini, sebagaimana di ceritakan oleh tokoh tua di kampung Cikadueun dan menyambung rantai silsilah keturunan pada yang mula mengurus tempat pemakaman astana Cikadueun yaitu dari kuncen (juru kunci) Kiai Haji Ya'qub, seorang keturunan yang kesepuluh dari Uyut Manshur ini menceritakan bahwa, sebenarnya banyak gentong ini pada era tahun 1880an, bahkan sebegitu banyaknya gentong ini bisa disaksikan di tempat penyimpanan barang-barang purbakala di musium Banten Masjid Agung. Namun sayangnya orang terlanjur percaya bahwa gentong ini tiada saatnya (kosong, ..Sunda), padahal isi gentong yang kemudian hari disebut Gentong Pusaka atau Gentong Wasiat atau apa lagi sebutannya ini tiada mungkin kosong, karena setiap saat dipenuhi terus oleh orang yang diberikan tugas untuk mengisinya. Dan untuk itu seseorang yang mendapat tugas 'minuhan' gentong, akan hilir mudik mengambil air dari sumber dibawahnya sekitar 500M. dari atas. Dan pikulan-pikulan ini kadang seharian dilakukannya hanya sekedar untuk membuat penuh gentong ini. Dan bila disebut Gentong Wasiat bisa jadi sebutan itu ada, sebab mengambil air gentong ini dari sumber air namanya Sumur Wasiat.

Jumat, 11 November 2011

Berjalanlah











Selasa, 01 November 2011

Sumur Wasiat




Sumur Wasiat
Sumur Wasiat atau lebih dikenal dengan sebutan sumur Pusaka Wali adalah sumber air yang melimpah tiada kurang debitnya, mengalir deras walau musim kemarau panjang sekalipun. Melihat karakteristik air ini, amat jernih dan rasanya beda dari air sumber yang lain. Ada yang bilang rasanya seperti air zamzam, tidak sedikit pula yang mengatakan air sumur Wasiat ini megandung molekul air yang dibawah 0.2ph. Artinya kadar kandungan air ini amat mendekati air netral sehingga seorang ilmuan yang pernah menganalisanya menyimpulkan, air Sumur Wasiat ini bisa dikonsumsi langsung tanpa dimasak terlebih dahulu.

Mengingat pernyataan seorang ilmuan tadi yang memberikan kesimpulan bahwa air ini murni kadar molekulnya, mengisaratkan ada kebiasaan orang langsung minum dari sumber air ini atau minum air yang disediakan ditempat ziarah dalam Gentong Pusaka di Astana Cikadueun, sehabis meminumnya tiada merasakan sakit diperut sedikit pun. Beda dengan air yang diambil dari tempat yang lain, jika kadar molekulnya lebih tinggi dari 0,2ph.

Suatu anugrah dari Yang Maha Kuasa memang, masyarakat sekitar merasakan banyak manfaat dari keberadaan air Sumur Wasiat. Disekitar tahun 1970an hingga tahun 1980, diatas sumur ada pohon menjulang tinggi dinamakan pohon "Karoya" semacam pohon yang membelit pohon "Binglu" dan kelihatan seperti seekor ular raksasa membelit kapal terbang.

Bukan dongeng dan cerita legenda, bahwa sebab masih melimpahnya air wasiat kala itu, menandakan masih subur dan mahmurnya warga akan air untuk MCK, karena sehabis di tebang pohon tadi, kurang dari sepuluh tahun kedepan warga harus membuat sumur masing-masing di dalam rumahnya, akibat dari berkurangnya debit air. 

Sabtu, 26 Maret 2011

Iyan Sopiyan



Ayip Abdurrahman Wahid berputera:
  1. Ace
  2. Ayip Ace Marzuqi
    1. Iyan Sofian + Hj. Khadijah bt. Abuya Jasir bin Umar
      1. Ace Bahrum
        1. Nazriel Wiefa
        2. Ahmad
      2. Ayip Dzakwan
  3. Ace

Minggu, 26 Desember 2010

H. Tubagus Muhammad Arif




Asal silsilah H. tb. Muhammad Arif ini dari buyut

  • Tb Surya Diningrat berputera
  • Tb Ahmad Jasuta berputera:
  • Tb Demang Saleh berputera:
  • H. Tb. Muhammad Arief
H. Tb. Muhammad Arief beristri dengan orang Ciomas mempunyai puteri bernama Tatu Embay, kemudian menikah dengan Siti Khadijah, warga Sirih, Anyer mempunyai putera bernama Tatu Romlah yang berputra;

  1. Oyok
  2. Samlawi
  3. Zamzami
  4. Siti Raudhoh

Kemudian H. Tb. Muhammad Arif, beristri dengan Nyai Tatu Arna atau disebut ibu Eno nama lainnya, mempunyai putera-puteri antara lain:
  1. Ratu Anjar
  2. Ratu Asiah, berdomisili di Cibinong, Bogor
  3. Ratu Habibah, istri KH. Zaenuddin bin KH. Zuhri Nawawi bin Ya'qub.
  4. Ratu Anah, bersiuami dengan Tb. Husen domisili di Kadu Bungbang, Mandalawangi, Pandeglang
  5. H. Tb. Entus Ahmad Arief Hidayat, beristri dengan Tatu Sunariah, Umi Encun nama lainnya.
  6. Hj. Tatu oyo, bersuamikan pertama pada H. Uci, kemudian H. Romli dan terakhir H. Senan.
notte: updet