Ads 468x60px

Selasa, 27 November 2012

Pangeran Astapati





Cerita menarik tentang Kesultanan Banten belum lengkap bila tidak menceritakan riwayat Pangeran Astapati yang sakti mandraguna. Pangeran ini tidak dimakam di kompleks pemakaman raja-raja di serambi Mesjid Agung Banten, tetapi berada di pemakaman keluarga di Kampung Odel, Desa Kasemen, Serang.

Siapa sebenarnya Pangeran Astapati? Menurut catatan Babad Banten, Pangeran Astapati adalah salah satu pengikut setia Sultan Muhammad Arif Zainal Asikin yang memerintah tahun 1743-1773. Nama aslinya sebenarnya Wira Suta. Konon sebelum dinobatkan sebagai seorang pangeran dengan gelar yang sesuai sepak terjangnya adalah pelarian dari “Negeri Sejuta Pantangan” Baduy. Suta keluar dari tatanan adat Kenekes karena ingin mencari pengalaman di dunia lain.

Awalnya pemuda yang bertubuh kekar itu bekerja di lingkungan keraton sebagai pelihara kuda-kuda istana. Karena rajin, dia diperbolehkan belajar seni bela diri dan keprajuritan. Hasilnya ternyata tidak mengecewakan pelatihnya. Dari keberanian dan ketangkasan yang diperlihatkan pemuda ini kemudian diberi nama tambahan Wira di depan namanya. Dia juga dikenal di kalangan keraton dan akrab bergaul dengan siapa saja. Setelah menguasai ilmu bela diri karirnya cepat menanjak dan nasibnya mulai berubah. Lalu dia diberi kepercayaan memimpin pasukan perang diangkat menjadi Patih (Perdana Menteri). Kira-kira pada tahun 1663, ketika memadamkan pemberontakan di Lampung, ia terluka pada tangannya. Dikatakan bahwa luka yang diderita oleh Pangeran Wirasuta membawa maut. Karena itu setelah ia meninggal, diberi gelar Pangeran Astapati (asta = tangan, pati = mati)

Dan atas jasa-jasanya pada masa itu pemuda Suta dijodohkan dengan salah seorang puteri Sultan yang cantik. Dari hasil perkawinannya lahir anak pertama yang diberi nama Djajadiningrat. Dari keturunan keluarga ini kemudian menghasilkan tokoh-tokoh teknokrat dan birokrat ternama.

Di sekitar makam pangeran yang sakti mandraguna bergelar Pangeran Astapati Parahyangan Perpati Sultan yang wafat tahun 1773, terdapat pula makam keturunannya. Kompleks makam yang dinamakan Mulya Srama itu antara lain terdapat nama seperti R.Temenggung Djajadiningrat (25 Juli 1890), R.Hasan Djajadiningrat (30 Desember 1920), R.Adipati Sutraningrat (3 Juli 1890), Profesor Sindian Isa Djajadiningrat (27 April 1968), RAA Hilman Djajadiningrat (25 November 1963) dan R.Tjakradiningrat (9 Juli 1888). Nama yang terakhir adalah kakek HMA Sampurna (alm) mantan Wagub Jawa Barat dan pernah menjabat sebagai Bupati Serang ke-27.

Makam-makam kuno yang banyak tersebar di sekitar Kecamatan Kasemen dan cukup jauh dari kompleks keraton bukan karena yang bersangkutan tidak diterima di pemakamanan keluarga istana. Tetapi karena pesan si mati ketika masih hidup ingin dimakamkan di tempat tertentu.

Pangeran Astapati atau Raden Wirasuta Akmaldiningrat mempunyai anak:
  1. Ki Ngabehi bahu Pringga (Patih Darus)
  2. Ki Anab
  3. Nyai Dariah
  4. Kiai Gantang
  5. Nyai Andil
(pada keadaan sekarang, makam-makam anak ke-1, 2, 3 itu berjajar, sedangkan Kiai Gantang di bawah pohon santigi, dan Nyai Andil di dekat Urut Situ di Pasir Waluh, Lebak).

Ki Ngabehi Bahu Pringga (Patih Darus) menurunkan putera-putera ada yang menjadi ulama ksatria, santana (menak) dan petani. Yang menjadi kesatria/menak antara lain K.H. Kimaslia yang kemudian menjadi ulama sekaligus menak yang memegang kuasa atas daerah kabupaten Pandeglang dan bergelar R.T.A.A. Natadiningrat, yang juga dikenal sebagai Dalem Tjekek, setelah wafat dimakamkan di Pasarean Masjid Pandeglang. Natadiningrat mempunyai 26 orang anak laki-laki dan perempuan (dari lain-lain istri), di antaranya ada yang melanjutkan tradisi keratuan, yaitu:
  1. Raden Murawan Sutadiningrat
  2. Raden Bagus Djajadiningrat
Sutadiningrat mempunyai anak antara lain
  1. Raden Tjakra-diningrat
  2. Raden Tanu Sura Adiningrat (melanjutkan memerintah Tjaringin (Menes) dan Pandeglang, dan dimakamkan di Pasarean Masjid Pandeglang.

Sementara itu Tjakradiningrat ditunjuk menjabat di daerah Peucang, kemudian menjadi Wedana di Cilegon, sampai akhirnya tewas menjadi korban dalam pemberontakan Cilegon pada tahun 1888. Tjakradiningrat kawin antara lain dengan Nyi Raden Ajeng Encoh (Patih Bintang Rangkasbitung) berputera antara lain Nyi Mas Siti Asyah Amiruddin, Nong Tris dan lain-lainnya.

SILSILAH KETURUNAN PANGERAN ASTAPATI

01

ADIPATI WIRAKOMA


Puputra

Raden
1. Wira sutra 


Puputra

Raden
1. Wira suta Kangjeng.pangeran Astapati


Puputra

Raden
1. Tumenggung arya wangsapati


Puputra

Mas
1. Behi bahu pringga . Patih pangsiun . Rks


Puputra

Raden
1. Adipati aryanata diningrat.Bupati pangsiun Pdg.





KANGJENG PANGERAN ANDAYA NINGRAT


Puputra

Pangeran
Purba ningrat


Puputra

Raden
Ayu purba ningrat


Kawin pada

Pangeran
Kangjeng Pangeran Astapati


Puputra

Raden
Tumenggung arya wangsa pati


Puputra

Mas
Behi bahu pringga





KIAI SYEKH ‘ABDUL QOHAR


Puputra

Mas
‘Aisyah


Kawin pada


Tumenggung sutra dilaga


Puputra

Mas
Patimah


Kawin pada


Tumenggung arya wangsa pati


Puputra
1
Mas
1. Behi bahu pringga
2
Mas
2. Dihung
3
Mas
3. Apak
4
Mas
4. Ani
5
Mas
5. Inuk
02

TUMENGGUNG SUTRA DILAGA


Puputra

Raden 
Tumenggung Suta dilaga


Puputra

Mas
Khodijah


Kawin pada

Mas
Ngabehi bahu pringga 


Puputra
1
Raden
1. Adipati aryanata diningrat
2
Mas
2. Wera
3
Mas
3. Ratna
4
Mas
4. Kaman





MAS NGABEHI BAHU PRINGGA


Kawin pada

Mas
Sarmah


Puputra

Mas
1. Niting rangga





MAS NGABEHI BAHU PRINGGA


Kawin pada

Mas
Dara


Puputra
1
Mas
1. Mukibah
2
Mas  
2. Hanifah





RADEN ADIPATI ARYANATA DININGRAT


Kawin pada

Mas
Artasiah  - Istri ke. 1


Puputra
1
Raden
1. Ajeng lindasari
2
Raden
2. Adipati suta diningrat
3
Raden
3. Ajeng rendra
4
Raden
4. Ajeng syah jaleha
5
Raden
5. Adipati gunadiningrat
6
Raden
6. Adipati shaja diningrat





RADEN ADIPATI ARYANATA DININGRAT


Kawin pada

Mas
Armah – Istri ke . 2


Puputra
1
Raden
1. Ajeng liam sari
2
Raden
2. Ajeng lenggang sari
3
Raden
3. Ajeng purwa sari



03

RADEN ADIPATI ARYANATA DININGRAT


Kawin pada

Mas
Kasi’ah – Istri ke . 3


Puputra

Raden
1. Marga diningrat





RADEN ADIPATI ARYANATA DININGRAT


Kawin pada

Raden
Ayu warga kusumah  - Istri ke . 4


Puputra
1
Raden
1. Ikak
2
Raden
2. Astra suta diningrat
3
Raden
3. Jaya prana diningrat
4
Raden
4. Tumenggung jaya diningrat
5
Raden
5. Haji ‘Abubakar
6
Raden
6. Haji ‘Umar
7
Raden
7. Sura wijaya





RADEN ADIPATI ARYANATA DININGRAT


Kawin pada

Mas
Armunah – Istri ke . 5


Puputra

Raden
Ajeng mukisah





RADEN ADIPATI ARYANATA DININGRAT


Kawin pada

Mas
Janasiah -  Istri ke . 6


Puputra
1
Raden
1. Ajeng lintang sari
2
Raden
2. Lijam sari





RADEN ADIPATI ARYANATA DININGRAT


Kawin pada

Mas
Dengok - Istri ke . 7


Puputra
1
Raden
1. Dotong
2
Raden
2. Wira diningrat



04

RADEN ADIPATI ARYANATA DININGRAT



Kawin pada

Mas
Ratu sunda – Istri . 8


Puputra
1
Raden
1. Sarbala
2
Raden
2. Purba kadaton
3
Raden
3. Wira kadaton
4
Raden
4. Atmaja diningrat
5
Raden
5. Puspa diningrat
6
Raden
6. Ganda diningrat





KANGJENG PANGERAN ASTAPATI


Punya – 3 – saudara
1
Mas
1. Agung
2
Mas
2. Arya jaga pamuka
3
Mas
3. Hasan





RADEN AYU PURBA DININGRAT


Puputra
1
Raden
1. Tumenggung wangsa pati
2
Ratu
2. Syari’ah


Puputra
1
Mas
1. Widara
2
Tubagus
2. Askah
3
Tubagus
3. Abdullah
4
Tubagus
4. Durrohman





TUMENGGUNG  MUTADILAGA


Puputra
1
Mas
1. Khodijah
2
Mas
2. Inung
3
Uyang
3. Muktar
4
Uyang
4. Sanaf





SYEKH ‘ABDUL QOHAR


Puputra
1
Mas
1. ‘Aisyah
2
Syekh
2. ‘Abdullah


Puputra
1
Raden

1. Demang mangku diraja – Patih cianjur

2
Raden
2. Adipati parawira – Bupati cianjur
3
Raden
3. Adipati arya kusuma ningrat – Bupati cianjur



05

MAS NGABEHI BAHU PRINGGA


Kawin pada

Mas
Khodijah – Istri ke . 1


Puputra
1
Raden
1. Adipati aryanata diningrat 
2
Mas
2. Weda
3
Mas
3. Ratna
4
Mas
4. Kaman





MAS NGABEHI BAHU PRINGGA


Kawin pada

Mas
Dara – Istri ke . 2


Puputra
1
Mas
1. Mukibah
2
Mas
2. Hanifah





MAS NGABEHI BAHU PRINGGA


Kawin pada

Mas
Sarmah – Istri ke . 3


Puputra
1
Mas
1. Niting rangga



Minggu, 25 November 2012

Menyingkap Tabir Satria Piningit




(Benang Merah Sabdo Palon, Uga Wangsit Siliwangi, Ramalan Joyoboyo, Kalki Avatar, Imam Mahdi dan cerita-cerita tentang Akhir Jaman)

Untuk menyingkap Satria Piningit saya akan mengajak untuk mengetahui dua sosok yang telah meninggalkan Sejarah penting di Nusantara bahkan Dunia, yang telah memberikan kabar kepada kita semua tentang kedatangan Ratu Adil di Akhir Jaman. Kedua tokoh itu adalah Raja Brawijaya dan Prabu Siliwangi yang telah meninggalkan kisah Sabdo Palon dan Uga Wangsitnya.

Menyingkap Ratu Adil/Satria Piningit/Imam Mahdi/Budak Angon dan Pemuda berjanggut kita harus mengetahui dulu sosok Sabdo Palon. Untuk mengetahui Sabdo Palon sejenak Kita akan membahas Grojogan Sewu terlebih dahulu.
Grojogan Sewu yang selama ini terkenal sebagai salah satu air terjun yang indah di Kecamatan Tawang Mangu Solo-Jawa tengah ternyata juga menjadi nama salah tokoh namanya Grojogan Sewu (Nama gelar) karena memang tempat itu menjadi lokasi Tapa Bratanya dalam rangka mencapai Ilmu Kesempurnaan.
Grojogan Sewu adalah seorang sais dokar, kisah awal nya di mulai ketika beliau berkenalan dengang seorang pengembara bernama Rangga Seta yang menumpangi dokarnya. Melihat pengembara itu menggunakan pakaian jubah & sorban dikepala yang berbeda dengan adat Jawa maka beliau bertanya kepada pengembara itu.
Dari mana anda berasal? Rangga Seta tidak menjawab dari mana ia berasal tetapi menjawab pertanyaan tersebut dengan “Saya Saudara Kamu, karena semua manusia bersaudara anak keturunan Adam”. Mendengar jawaban tersebut Grojogan Sewu tersentuh karena orang yang baru dikenalnya menganggap saudara sekaligus penasaran dan kembali bertanya Siapa Adam? Adam adalah Nenek Moyang Saya, Anda Dan semua Manusia. Mendengar jawaban seperti itu Grojogan Sewu semakin tertarik lebih Jauh dan meminta Rangga Seta untuk bersedia mengajarkan Ilmu Pengetahuan Kepadanya. Rangga Seta balik bertanya kepada Grojogan Sewu mengapa anda Ingin Belajar? karena saya ingin cerdas ingin pandai jawab Grojogan Sewu. Memang manusia harus pandai harus mau berpikir karena itu perintah Ilahi tegas Rangga Seta. Melihat niat belajar dan sikap yang theacible Dan memang Bakat kecerdasan Dari Grojogan Sewu maka Rangga Seta pun bersedia mengajarkan kepada Grojogan Sewu.
Proses belajar pun di mulai dengan materi Aji Kalimasada, karena memang bakat kecerdasan dan niat yang bersungguh-sungguh maka proses belajar Grojogan Sewu pun berjalan dengan cepat. Pada Saat pelajaran ujian terakhir Grojogan Sewu di perintahkan untuk semedi di suatu tempat oleh Rangga Seta. Grojogan Sewu bertanya di manakah tempat semedi itu? Kemudian Rangga Seta mengarahkan tangannya menunjuk kesuatu tempat maka terlihat lah air terjun dari kejauhan, bersemedilah kamu disana, di balik air terjun itu ada Goa Dan Goa itulah tempatnya. Mendengar perintah dari Rangga Seta lalu Grojogan Sewu pun menyanggupinya. Perintah semedi ini sekaligus perpisahan antara Grojogan Sewu dengan Rangga Seta. Pada Saat itu Rangga Seta mengatakan suatu saat kita akan bertemu lagi dan beliau berpesan Jadilah Insan yang bermanfaat Dan tegakkan lah keadilan.
Setelah perpisahan tersebut Grojogan Sewu kembali menoleh kearah dimana letak air terjun itu, Namun air terjun itu tidak terlihat Dan Grojogan Sewu akhirnya menelusuri kearah yang tadi di tunjukkan oleh Sang Guru.
Proses pencarian lokasi semedi yang dilakukan Grojogan Sewu ini sama halnya dengan Prabu Kian Santang ketika diperintahkan oleh Syaidina Ali untuk mencari sebuah bukit yang akhirnya Tiba di wilayah Godog Garut.
Setelah semedi Grojogan Sewu selesai maka paripurna lah Aji Kalimasadanya.
Selain berguru kepada Rangga Seta, Grojogan Sewu pun belajar kepada Semar Badranaya dan dari Semar Badranaya inilah beliau di berikan Cemeti Amarasuli yang bentuknya seperti gagang tongkat kurang lebih panjangnya 30 cm, jika senjata ini di gunakan maka akan terlihat cahaya atau menyala seperti pedang maupun cemeti (persis seperti pedang langit di Film mandarin Tio Buki yang diperankan oleh Jet Lee atau Pedang pada Gambar Kalki Avatar)
Lalu siapakah Grojogan Sewu?
Grojogan Sewu adalah pembimbing raja_raja nusantara dan para wali karena beliau diberikan semacam wewenang/mandat Dari Semar Badranaya untuk mengajarkan Hikmah Dan Ilmu Kesempurnaan kepada para raja-raja & para wali di nusantara bahkan sampai masa sekarang ini.
Siapakah yang pernah belajar kepada beliau? Hampir semua raja-raja nusantara di bimbing oleh beliau, dan salah satunya adalah Raja Brawijaya yang menghilang di Puncak Gn. Lawu dan Prabu Siliwangi Raja Pajajaran.
Nah dari sinilah tampak benang merah mengapa kisah Sabdo Palon Dan Uga Wangsit Siliwangi seperti pinang dibelah dunia, ibarat kunci dengan gembok nya.
Apa hubungan nya Grojogan Sewu dengan Sabdo Palon?
GROJOGAN SEWU = SABDO PALON = NOYO GENGGONG
Grojogan Sewu adalah gelar seorang insan yang mampu mengajarkan Ilmu, mengucurkan ilmu, laksana air yang mengucur, Grojogan Sewu =  Seorang yang mengucurkan ilmu atau orang berilmu (menguasai ajaran/mumpuni) sehingga dia mendapatkan mandat/wewenang untuk mendidik para raja nusantara maupun para wali.
Setiap ucapan Grojogan Sewu atau ketika Dia menyurahkan ilmu para muridnya, ucapan Grojogan Sewu itu di sebut Sabdo.
Ucapan Grojogan Sewu = Sabdo.
Lalu Palon nya apa? Palon artinya Filosopi (mengandung hikmah yang dalam) bahasanya super banget lah kalo kata MT (Mario Teguh) :)
Jadi pada saat Grojogan Sewu memberikan materi/pengajaran atau segala ucapan/sabdo yang mengandung hikmah yang amat dalam, para raja nusantara maupun para wali menjulukinya ucapan Grojogan Sewu ini dengan Sabdo Palon.
Ucapan yang keluar Dari Grojogan Sewu adalah Sabdo Palon (Sabda yang mengandung hikmah) Ucapan Grojogan Sewu = Sabdo Palon Nah sekarang tinggal Noyo Genggong nya.
Setiap Grojogan Sewu mengeluarkan sabda-sabdanya di hadapan raja-raja nusantara itu dilantunkan seperti tembang atau syair yang merdu, ada intonasinya dan di iringi oleh gerakan tubuh maupun tangannya (Gaya mengajar). Jadi nuansa pengajarannya itu enak di dengar dan dilihat.
Jadi Noyo Genggong itu gaya mengajarnya Grojogan Sewu ketika mengucapkan sabdanya seperti melantunkan tembang dan di iringi gerakan anggota tubuh. Kurang lebih seperti gaya Konghucu ketika memberikan pengajaran.
Jadi kurang lebih ringkasannya seperti ini
Grojogan Sewu = Orang yang menguasai/memiliki ilmu/berpandangan luas/bijak, memeiliki Kunci Ilmu Dan mampu mencurahkan ilmu (Predikat Guru Besar/Syaidina Syech/Tuan Guru/Para Hyang).
Sabdo Palon = Ucapan/sabda yang penuh hikmah dari Grojogan Sewu.
Noyo Genggong = Gaya mengajar Grojogan Sewu. selain subtansi materi yang di sampaikan penuh hikmah (Sabdo Palon) penyampaian ya pun enak di dengar dan mudah di pamahi karena dikemas seperti tembang dan diringi penguatan oleh gerakan2 anggota tubuh.
Sabdo Palon + Noyo Genggong = Grojogan Sewu.
Grojogan Sewu mempunyai Senjata Cemeti Amarasuli seperti yang Saya jelaskan di awal Dari Semar Badranaya.
Grojogan Sewu juga memiliki Aji Kalimasada Dari Rangga Seta.
Grojogan Sewu juga mengajarkan ilmu2 nya atau membimbing Raja Brawijaya yang menghilang di Gunung Lawu, beliau juga mengajarkan kepada Prabu Siliwangi yang membuat Wangsit Dan Prabu Siliwangi pun menghilang seperti Raja Brawijaya.
Grojogan Sewu = Guru dari Raja Brawijaya
Grojogan Sewu = Guru dari Prabu Siliwangi
Kedua Raja tersebut di bimbing oleh Grojogan Sewu, kedua raja tersebut meninggalkan Cerita atau kisah kepada generasi yang akan datang (akhir jaman) dan pesannya pun sama.
Nah sekarang Siapakah Sejatinya Rangga Seta?
Siapakah Sejatinya Semar Badranaya?
Untuk mengetahui benang merah antara Hadist tentang  Imam Mahdi, Cerita Uga Wangsit Siliwangi, Sabdo Palon, Jongko Joyoboyo, Kalki Avatar. Saya mencoba untuk membuat Silsilah ilmu terlebih dahulu dan kata kunci dari semua ciri dari cerita-cerita tersebut.
Silsilah Ilmu dan Kata Kunci.
  1. Rangga Seta = Guru  dari Syech Grojogan Sewu.
  2. Syech Grojogan Sewu = Guru dari Raja Brawijaya Majapahit dan Prabu Siliwangi Pajajaran
  3. Raja Brawijaya = Menghilang di Gunung Lawu.
  4. Prabu Siliwangi = Menghilang di bagian Selatan Pajajaran.
  5. Lalakon Raja Brawijaya = Meninggalkan Cerita tentang Sabdo Palon.
  6.  Lalakon Prabu Siliwangi = Meninggalkan Cerita Uga Wangsit Siliwangi.
  7. Cerita Sabdo Palon = Kelak dia (Syech Grojogan Sewu/Sabdo Palon Noyo Genggong) akan kembali mengasuh Pemimpin Nusantara.
  8. Cerita Uga Wangsit Siliwangi = Temui Ki Santang karena kelak dari keturunan-keturunan yang pergi ke barat lah yang akan mengingatkan saudara-saudara sedaerah dan yang sependirian.
  9. Lalakon Brawijaya mempunyai tokoh kunci yaitu Sabdo Palon Naya Genggong (Syech Grojogan Sewu).
  10. Lalakon Prabu Siliwangi mempunyai tokoh kunci Ki Santang (Syech Sunan Rohmat Suci Prabu Kian Santang).
  11. Tokoh Kunci 1 Syech Gojogan Sewu/Sabdo Palon Noyo Genggong Belajar kepada Rannga Seta Dan di perintahkan mencari Goa di belakang Air Terjun untuk bersemedhi yang kelak air terjun itu bernama Grojogan Sewu.
  12. Tokoh Kunci 2 Ki Santang (Syech Sunan Rohmat Suci Prabu Kian Santang) belajar kepada Syaidina Ali Bin Abi Thalib Dan di perintahkan untuk mencari tempat untuk berdzikir yang akhirnya Ki Santang menemukan Sebuah bukit yang di daerah Garut dan di beri Nama Bukit Godog Suci. Godog berarti Proses pematangan ilmu, Godog Ilmu/mengasah Ilmu, sedangkan Suci di Nisbatkan kepada Nama Ki Santang sendiri (Syech Sunan Rohmat Suci Prabu Kian Santang)
  13. Tokoh 1 Grojogan Sewu merujuk ke Rangga Seta.
  14. Tokoh 2 Ki Santang merujuk ke Syaidina Ali Bin Abi Thalib.
  15. Majapahit ada Syech Grojogan Sewu.
  16. Pajajaran ada Syech Sunan Rohmat Suci Prabu Kian Santang.
  17. Rangga Seta belajar kepada Semar Badranaya.
  18. Syaidina Ali belajar kepada Nabi Khidir Alaihi Salam Abi Abas Balya Bin Malkan
  19. Semar Badranaya = selalu ada di setiap Jaman sampai saat ini, mengasuh, kalimat menitis itu bukan sukma yang menitis tapi ilmu, membimbing Dan ilmunya yang diturunkan atau di titiskan.
  20. Nabi Khidir Alaihi Salam Abi Abas Balya Bin Malkan = selalu ada di setiap jaman, mengasuh, membimbing sama seperti Semar Badranaya.
SABDO PALON BUKAN SEMAR
Penjabaran dari kata kunci di atas.
Kisah Sabdo Palon & Uga Wangsit Siliwangi tentang Pemimpin Nusantara di Akhir Jaman adalah Ciri dari Waskita nya Raja Brawijaya dan Prabu Siliwangi. Ke waskitaan tersebut di Ajarkan oleh Syech Grojogan Sewu. Syech Grojogan Sewu di ajarkan oleh Rangga Seta. Rangga Seta di Ajarkan oleh Semar Badranaya.
Cerita Sabdo Palon dan Uga Wangsit Siliwangi adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan. Satu naskah skenario dengan sumber yang sama walaupun dari tempat yang berbeda yaitu Majapahit dan Pajajaran. Kedua kisah itu bak gayung bersambut, seperti Madu dengan Manisnya, seperti kata pepatah “asam di gunung daram di laut akhirnya bertemu juga” yang berujung kepada dua tokoh Rangga Seta dan Semar Badranaya.
Siapakah Rangga Seta yang memiliki Kuda Putih Dan Pedang Itu?
Siapakah Semar Badranaya?
Rangga Seta = Syaidina Ali Bin Abi Thalib
Semar Badranaya = Nabi Khidir Alaihi Salam Abi Abas Balya Bin Malkan
Rangga Seta yang mengajarkan kepada Syech Grojogan Sewu sejatinya adalah Syaidina Ali Bin Abi Thalib.
Mengapa Prabu Siliwangi memerintahkan para pengikutnya yang pergi ke Barat untuk menemui Ki Santang, padahal konon katanya hilangnya Prabu Siliwangi karena terdesak oleh Ki Santang. Kenapa di kejar-kejar oleh Ki Santang tapi malah memerintahkan para pengikutnya yang pergi ke barat untuk menemui Ki Santang??? tidak masuk akal bukan??
Prabu Siliwangi memerintahkan kepada pengikutnya yang pergi kebarat untuk menemui Ki Santang seperti petikan uga berikut ini “Kalian yang di sebelah barat! Carilah oleh kalian Ki Santang! Sebab nanti, keturunan kalian yang akan mengingatkan saudara kalian dan orang lain. Ke saudara sedaerah, ke saudara yang datang sependirian dan semua yang baik hatinya”…
Prabu Siliwangi di bimbing oleh Syech Grojogan Sewu/Sabdo Palon/Noyo Genggong dan Syech Grojogan Sewu di didik oleh Rangga Seta/Syaidina Ali.
Prabu Santang juga di didik oleh Syaidina Ali/Rangga seta di tanah arab. Prabu Siliwangi dan Prabu Kian Santang satu silsilah ilmu, hanya bedanya Prabu Siliwangi belajar melalui Syech Grojogan Sewu sedangkan Prabu Kian Santang belajar langsung ke Syaidina Ali. untuk itu mengapa Prabu Siliwangi memerintahkan kepada pengikutnya yang pergi kebarat untuk menemui Ki Santang. Kalau kata pepatah “Saguru Saelmu Ulah Nganganggu” apalagi beliau anak dan ayah mana mungkin berseteru, sudah se-ilmu, seguru, sekeluarga.
Benarlah menurut Prabu Siliwangi dalam petikan uga nya “Suatu saat nanti keturunan kita akan ada yang sadar, tapi sadar seperti terbangun dari mimpi. Dari yang hilang dulu semakin banyak yang terbongkar….”
Rangga Seta (Syaidina Ali) 7 kali mengelilingi Dunia, karena hasrat belajarnya yang tinggi. Sahabat sekaligus saudara dari Muhammad SAW ini merantau ke nusantara karena beliaupun mengikuti Jejak Gurunya Semar Badranaya. Di Nusantara selain mengajarkan kepada Grojogan Sewu dia pun belajar tentang pengobatan herbal karena di Nusantara kaya akan tumbuhan obat dan melengkapi hasil belajarnya Rangga Seta/ Syaidina Ali di China yaitu metode totok belajar di China. ke nusantara rangkaian “tuntutlah Ilmu ke negeri china”, di China belajar Ilmu Totok (mirip akupuntur) di Nusantara belajar ramuan herbal.
Bukankah Ramalan Agung abad 21 mengatakan Nanti pengobatan Akan kembali Ke alam Dan Spiritual? Siapakan yang membawanya?
Dialah Budak Angon dan Pemuda Berjanggut yang di asuh oleh Syech Grojogan Sewu/Sabdo Palon/Noyo Genggong dan Ki Santang (Syech Sunan Rohmat Suci Prabu Kian Santang) dan di belakangnya di dampingi oleh Rangga Seta/Syaidina Ali Bin Abi Thalib Pemilik Kuda Putih Dan Pedang (Simbol Kalki Avatar) Serta di dampingi Guru Besar Semar Badranaya/Nabiyullah Khidir Alaihi Salam Abi Abas Balya Bin Malkan (Guru Para Nabi).
Budak Angon Dan Pemuda Berjanggut adalah ujung dari semua kisah tentang akhir jaman di Nusantara ini, dialah tokoh kembar di akhir Jaman Laksana Nabi Musa Dan Nabi Harun. Siapakah yang mengajarkan Musa Dan Harun? Nabiyullah Khidir Bukan?
Hubungan Uga Wangsit Siliwangi, Kisah Sabdo Palon, Avatar dan Hadist Rosulullah Muhammad SAW.
Budak Angon Dan Pemuda Berjanggut menguasai 4 unsur (Api, Angin, Air dan Tanah) karena hakikatnya semua penciptaan itu berasal dari 4 unsur. Mengapa dia dapat menguasai 4 unsur itu? Karena ia lah Pancernya, menemukan sejati dirinya.
Hakikatnya Api adalah Cahaya Merah, Angin adalah Cahaya Kuning, Air adalah Cahaya Putih, Tanah adalah Cahaya Hitam.
Merah hakikatnya Syaidina Abu Bakar, Kuning adalah Syaidina Umar, Putih adalah Syaidina Usman Dan Hitam adalah Syaidina Ali.
Hadist Tentang Akhir Zaman Menuju Kebangkitan Indonesia.
Sabda Nabi SAW.
“Akan datang Dari Sulbi ini (Syaidina Ali Bin Abi Thalib) seorang Pemuda yang kan memenuhi bumi ini dengan keadilan. Maka apabila kamu meyakini yang demikian itu, hendaklah kamu turut menyertai Pemuda Dari Bani Tamim itu. Sesungguhnya Dia datang Dari sebelah Timur Dan dialah pemegang panji-panji Al-Mahdi”. (At-Tabrani)
 “Dari Abdullah bin Mas’ud r.a. dia berkata, ketika kami berada di sisi Rasulullah SAW tiba-tiba datang sekelompok anak-anak muda dari kalangan Bani Hasyim. Apabila terlihat akan mereka, maka kedua mata Rasulullah SAW berlinang air mata dan wajah beliau berubah. Aku pun bertanya, “Mengapakah kami melihat pada wajahmu sesuatu yang tidak kami sukai?” Beliau menjawab, “Kami ahlul bait telah Allah SWT pilih untuk kami akhirat lebih utama dari dunia. Kaum kerabatku akan menerima bencana dan penyingkiran sepeninggalku kelak sampai datangnya suatu kaum dari sebelah Timur yang membawa bersama mereka panji-panji berwarna hitam. Mereka meminta kebaikan tetapi tidak diberikannya. Maka mereka pun berjuang dan memperoleh kemenangan lalu diberikanlah apa yang mereka minta itu, tetapi mereka tidak menerimanya, hingga mereka menyerahkannya kepada seorang lelaki dari kaum kerabatku yang memenuhi bumi dengan keadilan. Sebagaimana bumi dipenuhi dengan kedurjanaan. Siapa diantara kamu yang sempat menemuinya maka datangilah mereka walaupun merangkak di atas salju. Sesungguhnya dia adalah Al Mahdi.” (riwayat Abu Daud, Al Hakim At Tarmidzi, Ibnu Majjah, lbnu Hibban, Abu Nu’aim, lbnu ‘Asakir, Ibnu‘Adli, Adh Dhahabi, Abu Asy Syeikh)
Panji-Panji Hitam dari Timur bukan Bendera yang di sablon yang beredar seperti saat ini, panji Hitam itu menjelaskan satu kaum yang belajar kepada Syaidina Ali bin Abi Thalib, yang di sebarkan oleh Budak Angon Dan Pemuda Berjanggut. Karena hakikat warna Hitam adalah Syaidina Ali, Hitam juga hakikat bumi, Budak Angon dan Pemuda Berjanggut adalah Pancer Bumi/Khalifah fil Ardhi.
Mengapa Rasulullah mengatakan Sulbi nya Ali Bin Abi Thalib? kenapa tidak yang lain?
Mengapa Uga Wangsit Siliwangi mengatakan temui Ki Santang kepada para pengikutnya yang pergi ke barat? Mengapa Prabus Siliwangi tidak mengatakan kepada yang pergi ke barat untuk menemui anak-anak nya yang lain selain Ki Santang?
Itulah yang saya uraikan sebelumnya, Uga Wangsit Siliwangi, Kisah Sabdo Palon dan Hadist Rosululloh adalah satu kesatuan Skenario Jagat. Kisah ini bukan rekayasa, di luar jangkauan karangan manusia, karena kisah ini terjadi dalam ruang dan waktu yang berbeda. Inilah bukti kekuasaan Tuhan YME, bahwa Tuhan ingin menegaskan bahwa Ratu Adil ini dari Nusantara untuk Dunia.
Kembali Ke kekuatan 4 Unsur (Api, Angin, Air dan Tanah) yang katanya jurus Kalki Avatar.
Hakikat Cahaya Merah = Unsur Api = Syaidina Abu Bakar = Huruf Alif
Hakikat Cahaya Kuning = Unsur Angin = Syaidina Umar = Huruf Lam Awal
Hakikat Cahaya Putih = Unsur Air = Syaidina Usman = Huruf Lam Akhir Hakikat Cahaya Hitam = Unsur Tanah = Syaidina Ali = Huruf Ha
Dari mana asal dari cahaya 4 rupa itu?
Dari Johar Awal inilah bibit semua ciptaan/materi termasuk Ruang Dan Waktu. Tasjid yang menjadi Pancernya.
Menguasainya Budak Angon Dan Pemuda Berjanggut kepada 4 unsur tadi karena beliau sudah menemukan Tasjid Muhammad (Sajatining Syahadat) di dalam dirinya, Mengenal dirinya Mengenal Tuhan-Nya. Ma’rifat, Mengetahui awal dan akhir, mulih ka jati pulang ka awal.
Budak Angon dan Pemuda Berjanggut sudah menjadi pancer/pusat, tidak TERBATAS ruang dan waktu, apa yang ingin terkabul,
Hadits:
Dari Abdullah, Nabi S.A.W bersabda:
Jika umur dunia tinggal sehari saja niscaya ALLAH SWT akan memanjangkan hari itu hingga bangkit padanya seorang lelaki dari keturunanku atau dari kaum keluargaku, yang namanya seperti namaku dan nama bapaknya menyerupai nama bapakku, dia akan memenuhi bumi dengan keadilan dan kesaksamaan sebagaimana sebelumnya bumi dipenuhi dengan kezaliman dan kekejaman“. (Hadits Riwayat Abu Daud dan Tarmizi)
Muhammad = Sifat yang terpuji
Abdullah = Hamba Allah
Singkatnya Budak Angon dan Pemuda berjanggut adalah Insan Kamil orang yang telah mengetahui hakikat dirinya, mengetahui Tasjid di dalam dirinya. Menjadi hamba Allah yang terpuji. Karena sudah mengetahui Sejatinya Syahadat dalam dirinya.
Menjadi pancer akan menebarkan rahmat ke delapan arah mata angin.
Bukankah lambang Majapahit siwha di tengah dan ada 8 batu merah delima di kedelapan arah.
sumber gambar : aslimajapahit.blogspot.com
sumber gambar : kaskus.com
sumber gambar : gofurkhan.blogspot.com
Lambang Garuda ditengah dan 8 Bintang di delapan arah. baca Makna Bintang dalam NILAI-NILAI LUHUR NUSANTARA PRIBADI BANGSAKU.
http://satusatukosong.wordpress.com/2012/02/20/pribadi-bangsaku/
Delapan = DALAPAN (Bahasa Sunda)
Berdasarkan filosofi Aksara Jawa
DA» Dumadining dzat kang tanpa winangenan: (menerima hidup apa adanya.)
LA» Lir handaya paseban jati. ( mengalirkan hidup semata pada tuntunan Illahi .)
PA» Papan kang tanpa kiblat . (Hakekat Allah yang ada disegala arah.)
NA» Nur candra,gaib candra,warsitaning candara. (pengharapan manusia hanya selalu ke sinar/cahaya Illahi.)
DA = 6, LA = 10, PA = 11, NA = 2 (urutan aksara jawa)
6+10+11+2 = 29, 2+9 = 11, 1+1 = 2
MERAH DELIMA = MARAHA DALAMA
MA» Madep mantep manembah mring Ilahi. (mantap dalam menyembah Ilahi.)
RA» Rasaingsun handulusih. (rasa cinta sejati muncul daricinta kasih nurani.)
HA» Hana hurip wening suci. (adanya hidup adalah kehendak dari yang Maha Suci)
DA» Dumadining dzat kang tanpa winangenan: (menerima hidup apa adanya.)
LA» Lir handaya paseban jati. ( mengalirkan hidup semata pada tuntunan Illahi .)
MA» Madep mantep manembah mring Ilahi. (mantap dalam menyembah Ilahi.)
(MA = 16, RA = 4, HA = 1, DA= 6, LA = 10, MA = 16) (urutan aksara jawa)
16+4+1+6+10+16 = 53, 5+3 = 8
Delapan/DALAPANA = 2
Merah Delima/MARAHA DALAMA = 8
2 = Simbol Dzat & Sifat
8 = Malaikat Penjaga Arsy
Dalam al-Qur’an, angka 8 merupakan jumlah malaikat, force, yang menjunjung ‘Arsy (Kursi, Singgasana), mengatur keseimbangan ‘Arsy, yang bermakna power and authority dominion, baik sebelum maupun saat Kiamat “Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung ‘Arsy Tuhanmu di atas (kepala) mereka” (al-Haqqah 69 : 17).
Delapan Merah Delima dalam Lambang Majapahit adalah menceritakan bahwa Gambar Shiwa adalah Lambang Pancer dalam diri manusia, sama seperti lambang bintang dalam dada Garuda Pancasila, dalam konsep Sunda adalah INGSUN yang menguasai 4 unsur tadi, merah delima di segala penjuru adalah kemana pun kamu menghadap harus mantap dalam menyembah ilahi (Madep mantep manembah mring Ilahi).
Pesan tersirat lambang delapan merah delima dimana Gambar Shiwa sebagai pusat ya menandakan mengenal Tuhan bisa Perjalanan Ke dalam (inner journey) atau Perjalanan luar.
Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui. QS. al-Baqarah 2: 155)
Kemanapun kita melihat di situ Ada Tuhan, Ada Dzat Dan Sifat-Nya, kemana pun Kita melihat disitu Ada Arsy-Nya, Ada Singgasana-Nya.
Barang Siapa manusia yang mengenal dirinya Dia Akan mengenal  Tuhan-Nya baik Dzat-Nya, Sifat-Nya, Asma-Nya, Af’al-Nya (Ciptaannya/Perbuatannya/Kuasanya)
Budak Angon dan Pemuda Berjanggut sejata sejatinya adalah Aji Kalimasada/Dua Kalimat Syahadat, Senjata yang dapat menghancurkan gunung, yang dapat mensejahterakan ke penjuru alam, yang dapat memuliakan manusia tanpa membeda-bedakan agama, ras, maupun golongan, dua itu yang Menjadikan dirinya di cintai semua orang bahkan seluruh mahluk, karena dua itulah yang menjadikannya welas asih, yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit baik dzohir maupun batin.
2 (Dua) itu ketentuan, saling berpasangan, hukum penciptaan. 2 (Dua) itulah yang di ajarkan oleh Rangga Seta/Syaidina Ali kepada Syech Grojogan Sewu/Sabdo Palon/Noyon Genggong Dan Prabu Kian Santang. 2 itulah yang di ajarkan Semar Badranaya/Nabi Khidir AS.
Kalimat Syahadat adalah Kun Fayakun, Awal dan Akhir Alam semesta, di Buka dengan Syahadat ditutup oleh Syahadat, Kalimat Yang Menjadikan Alam Semesta beserta isinya, malaikat, ruh, jin, surga dan neraka, dsb.
Itulah Sejatinya Aji Kalimasada, Sakti Mandraguna Tanpa Ajimat, Sabda-nya Sabda mukti (Saucap Nyata Saciduh Metu) apa yang di inginkan terkabul, karena dari Aji Kalimasada itu akan menjadi 2 kembali yaitu Rahman & Rahim (welas asih), Rahman dan Rahiim itulah Given dari Tuhan-Nya.
Manusia yang mendapatkan Rohman Dan Rohim Dari Tuhan-Nya lah yang Akan memimpin Dunia ini Dan mewarisiny
Bukan Budak Angon Dan Pemuda Berjanggut yang Merubah Dunia, Tapi Tuhan YME lah yang Menghendakinya, Tuhan YME lah yang telah memilih Budak Angon Dan Pemuda Berjanggut yang memimpinnya.
Ini adalah lalakon Jagat, Tuhan lah Maha Sutradaranya. perbedaan adalah ketentuan, karena perbedaan itulah cerita menjadi menarik, perbedaan bukan untuk bermusuhan, perbedaan adalah untuk supaya manusia mengenal Pencipta-Nya. Karena kebenaran adalah Tuhan Yang Memilikinya.
Wallahu’alam
Jika didalam Tulisan Ini terdapat kutipan Kitab Suci bukanlah untuk tendensius terhadap keyakinan tertentu, melainkan mencari kesamaan dari semua sejarah yang terekam di Nusantara ini.
JAYA SELALU INDONESIA Salam Bhineka Tunggal Ika
http://satusatukosong.wordpress.com/2012/02/21/membedah-sejatinya-sabdo-palon-siapakah-sabdo-palon-siapakah-noyo-genggong-benang-merah-sabdo-palon-uga-wangsit-siliwangi-ramalan-joyoboyo-kalki-avatar-imam-mahdi-dan-cerita-cerita-tentang-akhi/

Rabu, 22 Februari 2012

Gentong Cikadueun




Gentong Cikadueun
Tempat Gentong  di Cikadueun
Gentong Pusaka, Gentong Wasiat

Adalah tempat penampungan air untuk orang minum selagi kehausan di tempat ziarah. Asalnya gentong ini, sebagaimana di ceritakan oleh tokoh tua di kampung Cikadueun dan menyambung rantai silsilah keturunan pada yang mula mengurus tempat pemakaman astana Cikadueun yaitu dari kuncen (juru kunci) Kiai Haji Ya'qub, seorang keturunan yang kesepuluh dari Uyut Manshur ini menceritakan bahwa, sebenarnya banyak gentong ini pada era tahun 1880an, bahkan sebegitu banyaknya gentong ini bisa disaksikan di tempat penyimpanan barang-barang purbakala di musium Banten Masjid Agung. Namun sayangnya orang terlanjur percaya bahwa gentong ini tiada saatnya (kosong, ..Sunda), padahal isi gentong yang kemudian hari disebut Gentong Pusaka atau Gentong Wasiat atau apa lagi sebutannya ini tiada mungkin kosong, karena setiap saat dipenuhi terus oleh orang yang diberikan tugas untuk mengisinya. Dan untuk itu seseorang yang mendapat tugas 'minuhan' gentong, akan hilir mudik mengambil air dari sumber dibawahnya sekitar 500M. dari atas. Dan pikulan-pikulan ini kadang seharian dilakukannya hanya sekedar untuk membuat penuh gentong ini. Dan bila disebut Gentong Wasiat bisa jadi sebutan itu ada, sebab mengambil air gentong ini dari sumber air namanya Sumur Wasiat.

Jumat, 11 November 2011

Berjalanlah