Jumat, 11 November 2011
Selasa, 01 November 2011
Sumur Wasiat
Sumur Wasiat atau lebih dikenal dengan sebutan sumur Pusaka Wali adalah sumber air yang melimpah tiada kurang debitnya, mengalir deras walau musim kemarau panjang sekalipun. Melihat karakteristik air ini, amat jernih dan rasanya beda dari air sumber yang lain. Ada yang bilang rasanya seperti air zamzam, tidak sedikit pula yang mengatakan air sumur Wasiat ini megandung molekul air yang dibawah 0.2ph. Artinya kadar kandungan air ini amat mendekati air netral sehingga seorang ilmuan yang pernah menganalisanya menyimpulkan, air Sumur Wasiat ini bisa dikonsumsi langsung tanpa dimasak terlebih dahulu.
Mengingat pernyataan seorang ilmuan tadi yang memberikan kesimpulan bahwa air ini murni kadar molekulnya, mengisaratkan ada kebiasaan orang langsung minum dari sumber air ini atau minum air yang disediakan ditempat ziarah dalam Gentong Pusaka di Astana Cikadueun, sehabis meminumnya tiada merasakan sakit diperut sedikit pun. Beda dengan air yang diambil dari tempat yang lain, jika kadar molekulnya lebih tinggi dari 0,2ph.
Suatu anugrah dari Yang Maha Kuasa memang, masyarakat sekitar merasakan banyak manfaat dari keberadaan air Sumur Wasiat. Disekitar tahun 1970an hingga tahun 1980, diatas sumur ada pohon menjulang tinggi dinamakan pohon "Karoya" semacam pohon yang membelit pohon "Binglu" dan kelihatan seperti seekor ular raksasa membelit kapal terbang.
Bukan dongeng dan cerita legenda, bahwa sebab masih melimpahnya air wasiat kala itu, menandakan masih subur dan mahmurnya warga akan air untuk MCK, karena sehabis di tebang pohon tadi, kurang dari sepuluh tahun kedepan warga harus membuat sumur masing-masing di dalam rumahnya, akibat dari berkurangnya debit air.
Sabtu, 26 Maret 2011
Iyan Sopiyan
Ayip Abdurrahman Wahid berputera:
- Ace
- Ayip Ace Marzuqi
- Iyan Sofian + Hj. Khadijah bt. Abuya Jasir bin Umar
- Ace Bahrum
- Nazriel Wiefa
- Ahmad
- Ayip Dzakwan
- Ace Bahrum
- Iyan Sofian + Hj. Khadijah bt. Abuya Jasir bin Umar
- Ace
Minggu, 26 Desember 2010
H. Tubagus Muhammad Arif
Asal silsilah H. tb. Muhammad Arif ini dari buyut
- Tb Surya Diningrat berputera
- Tb Ahmad Jasuta berputera:
- Tb Demang Saleh berputera:
- H. Tb. Muhammad Arief
H. Tb. Muhammad Arief beristri dengan orang Ciomas mempunyai puteri bernama Tatu Embay, kemudian menikah dengan Siti Khadijah, warga Sirih, Anyer mempunyai putera bernama Tatu Romlah yang berputra;
- Oyok
- Samlawi
- Zamzami
- Siti Raudhoh
Kemudian H. Tb. Muhammad Arif, beristri dengan Nyai Tatu Arna atau disebut ibu Eno nama lainnya, mempunyai putera-puteri antara lain:
- Ratu Anjar
- Ratu Asiah, berdomisili di Cibinong, Bogor
- Ratu Habibah, istri KH. Zaenuddin bin KH. Zuhri Nawawi bin Ya'qub.
- Ratu Anah, bersiuami dengan Tb. Husen domisili di Kadu Bungbang, Mandalawangi, Pandeglang
- H. Tb. Entus Ahmad Arief Hidayat, beristri dengan Tatu Sunariah, Umi Encun nama lainnya.
- Hj. Tatu oyo, bersuamikan pertama pada H. Uci, kemudian H. Romli dan terakhir H. Senan.
Minggu, 12 Desember 2010
Jati Diri Urang Cikadueun
Pada era tahun 70-80an, Cikadueun ini sejuk penuh kedamaian dan gemah ripah repeh rapih. Warganya makmur tiada kekurangan sandang maupun pangan. Betapa tidak, disekeliling kampung dipenuhi oleh pesawahan hijau menghampar serta padi tumbuh dengan suburnya, hingga hampir di setiap rumah mempunyai lumbung padi sendiri yang disebut "leuit", tempat penyimpanan padi sehabis panen. Anehnya padi didalamnya tiada berkurang hingga dua musim panen berlalu. Artinya keberkahan itu kelihatan dan terasa oleh warga dimana hasil panen itu amat melimpah ruah, padahal sama sekali para penggarap sawah tidak menggunakan pupuk organik apalagi namanya penyubur tanah. Alhasil, padi yang dikonsumsi warga dari dalam lumbung itu setelah mengalami masa dua hingga tiga musim panen, istilahnya padi didalamnya yang paling bawah pun terasa enak dimakan dan tidak berbau apek samasekali,
Baru setelah penghuninya bertambah banyak dan hampir semuanya butuh akan tempat tinggal, maka tanah yang tadinya berupa pesawahan menjadi kebun semen nan menjulang. Namun semua ini bukan berarti kekurangan lahan pesawahan saja. Lebih dari pada itu, yaitu suatu kejadian dimana debit air di kali-kali yang ada disekitar Cikadueun lambat laun berkurang, ditambah tampungan air berupa bendungan di banyak tempat jebol terkena banjir, dan sayangnya tiada perbaikannya sama sekali, hingga pesawahan di hilir Bendungan amat kekurangan air dan lama-lama berubah fugsi menjadi tanah perkebunan.
Langganan:
Postingan (Atom)